Sejarah Perkembangan Satuan Karya Bahari



Salam Pramuka !!!


SEJARAH PERKEMBANGAN SATUAN KARYA BAHARI

            Sebelum saya menguraikan tentang sejarah perkembangan satuan karya Bahari, maka terlebih dahulu saya hendak mencoba untuk mengungkapkan kembali latar belakang maksud dan tujuan, serta mutlak adanya Saka Bahari bagi Gerakan Pramuka tercinta ini.

TANAH AIR INDONESIA

           Sebagaimana kita maklumi, tanah air tercinta kita terdiri dari gugusan kepulauan yang terhampar disepanjang katulistiwa, yang bila dibandingkan dengan benua Eropa hampir sama luasnya. Memanjang antara kota Rikyavio di Eslandia sampai di pegunungan Ural di Rusia,  dengan garis tengah antara kota Oslo di Norwegia sampai dengan pulau Sisilia di Italia.

            Sejarah pernah mencatat jaman keemasan Bahari tempo dulu, ialah takkala Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit mampu mempersatukan Nusantara, sedang pengaruhnya dapat dirasakan sampai di Madagaskar, Arab dan India di sebelah Barat, Malaya dan negara Cina di Utara, serta Philipina dan gugusan kepulauan  di lautan Pasifik di bagian Timur. Kita tetap terkesan akan kemegahan Armada perangnya, dengan para Panglimanya Nala, Patiunus, bahkan ada Panglima puterinya Malahayati dari kerjaan Aceh, serta masih banyak lagi lainnya.

            Namun semenjak kedatangannya bangsa Eropa termasuk Belanda yang haus akan penjajahan itu, maka sejak di awal  abad ke XVII, semangat kebaharian kita kian menurun, bahkan kemudian hampir punah sama sekali. Adapun senjata terampuh yang mereka miliki bukan yang berupa perangkat perangnya, tetapi justru politik “DEVIDE ET IMPERA” nya, sebagai alat pemecah belah bangsa Indonesia yang sangat berhasil. Tiga setengah abad lamanya kita pernah hidup sebagai bangsa yang terhina oleh karenanya, dijajah oleh negeri Belanda yang luasnya lebih dari Propinsi Jawa Timur itu.

Bila keadaan sudah sedemikian parahnya itu, imperialis Belanda secara licik mengembankan koloninya dengan lihaynya, antara lain :

   a. Mereka mengadu domba kita antar suku maupun antar Bangsa Asing Asia yang                      merupakan pendatang baru dan seterusnya menetap disini.
   b. Mereka mengadu domba antar Agama.
   c. Seterusnya mereka secara intensip membagi penduduk Hindia Belanda ini dalam tiga            kasta :
         
         1.Bangsa Belanda dan Eropa sebagai golongan utama.
         2. Bangsa asing Asia sebagai golongan menengah.
         3. Bangsa Indonesia sipemilik rumah sendiri, justru menduduki klas terendah                              (INLANDERS)  yang bertugas sebagai : Buruh, Tani, Pegawai.
   d. Mengingat lautan dikala itu merupakan jembatan yang sangat vital antar pulau, maka              Bangsa Indonesia tertutup sama sekali untuk menjadi Perwira di Angkatan Laut Kerajaan        Belanda (KM).

PANDU LAUT

            Seiring dengan tumbuhnya kesadaran Nasional Bangsa Indonesia, maka kemudian lahirlah berbagai pergerakan kepanduan dikalangan kita, sebelum adanya Kepanduan Nasional, terlebih dahulu masyarakat Belanda telah membentuk NIPV, maka kehadiran kita dianggapnya sebagai saingan yang berat baginya dan karenanya gerakan kita mereka cap sebagai wilde Padvindery (KEPANDUAN LIAR).  Namun kafilah berjalan terus, bahkan lebih dari pada itu, ditahun 1936 pergerakan Kepanduan Indonesia (BPPKI), dan mampu menyelenggarakan dua kali perkemahan Kepanduan Indonesia (PERKINDO) yang megah dan memeriah menurut  ukuran dewasa itu.

            Kemudian NIPV membentuk ZEEVERKENNER (PANDU LAUT), yang maksudnya untuk mencetak kader pelaut dikalangan para remaja Bangsa Belanda, mengingat gairah mereka untuk hidup sebagai bahariwan sudah jauh merosot, bila dibandingkan dengan leluhurnya tempo dahulu. Tampaknya para sinyo Belanda tersebut merasa lebih senang mencari nafkah didaratan yang subur ini, daripada hidup ditengah-tengah lautan yang penuh resiko itu.  Alhasil kemudian mereka harus membayar mahal akibat kelalaiannya itu, sedang Armada perangnya dalam sekejab waktu dapat dihancurkan oleh Armada Jepang, diawal perang Pasifik.

            Pandu laut milik NIPV tersebut, memiliki peraga yang lebih daripada cukup, sedang para anggotanya terdiri dari para Penggalang, Penegak dan Pandega Putera.  Sadar atau betapa pentingnya Pandu laut tersebut, maka Kepanduan Nasional kita KBI juga segera menirunya. Namun celakanya ialah bahwa kita tak bakalan mampu menandingi kemampuan rival kita itu, karena terbentur kepada peralatan yang tidak seimbang, lagi pula para instrukturnya juga kurang bermutu. Dikala Jepang berkuasa, maka segala bentuk kepanduan dibubarkan dan sebagai penggantinya banyak para tokoh pandu yang menjadi Prajurit Peta, Pelaut, Keibodan maupun Seinenden.

            Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, maka dalam tahun 1945 itu juga kita membentuk satu satunya Gerakan Kepanduan, yang diberi nama Pandu Rakyat Indonesia. Namun untuk Pria bagian Pandu Laut baru dilaksanakan disekitar tahun 1952, dengan memperoleh partisipasi dari berbagai instansi pemerintah khususnya dari pihak ALRI.  Dengan demikian maka Pandu Laut kita dapat menikmati bermuhibah ke Wladivostok dan ke Australia.   Dewasa itu Pandu Laut kita benar-benar baru memasuki gaya baru, setelah untuk kesekian lamanya terpaku dengan mata pelajaran yang itu belaka.

SATUAN KARYA BAHARI  :

            Dengan dibentuknya Gerakan Pramuka di tahun 1961, maka Pandu Laut di rubah namanya menjadi urursan Samudra, untuk akhirnya dirubah lagi menjadi Saka Bahari yang kita kenal dewasa ini. Sejak terbentuknya Gerakan Pramuka tersebut, maka kemajuan yang perlu dicatat ialah keikut sertakannya kaum puteri dilingkungan urusan Samudera, yang berlaku hingga dewasa ini.  Adapun para anggotanya terdiri dari para Penggalang, Penegak dan Pandega Putera dan Puteri.  Adapun partisipasi dari pihak ALRI kian ditingkatkan, sehingga kesulitan atas kurangnya fasilitas latihan, khususnya yang berupa perangkat latihan yang mahal harganya itu, maupun para instrukturnya secara bertahap dapat diatasi.

            Dalam kesempatan pertemuan sekarang ini, justru kami hendak mengadakan pendekatan yang lebih baik lagi, agar jarak ketinggalan tersebut dapat diatasi.

HAMBATAN :

Berbagai hambatan klasik yang selalu kita hadapi tentunya :
  a. Kurangnya prasarana yang dimilik.
  b. Tiada Instruktur.
  c. Terbatasnya dana yang tersedia.  
  d. Kejenuhan, dan  sebagainya.

Salam Pramuka !!!


Post a Comment

0 Comments